Satu Kata Yang Menyatukan Kami, INDONESIA - KIM Nyamplungan

Breaking

Saturday, September 14, 2019

Satu Kata Yang Menyatukan Kami, INDONESIA



Suasana Tirakatan /Tasyakuran di Klenteng Dukuh (16/8).
Surabaya - Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan  hari bersejarah yang tidak akan dilupakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pada hari tersebut kita semua warga Indonesia menyambut, memperingati dan merayakan Hari Ulang Tahun KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Dari Sabang sampai Merauke, dari yang muda hingga yang tua, dari yang putih hingga yang hitam, kita semua menyerukan kata MERDEKA!! 1340 suku bangsa, 742 bahasa daerah, 7241 budaya bangsa, dan 6 agama adalah bukti keberagaman yang ada di Indonesia. Begitu terlihat jelas perbedaan dalam persatuan yang ada di Indonesia tapi bukan berarti hal tersebut membuat kita terpecah karena justu hal tersebutlah yang membuat kita Bersatu menjadi bangsa yang Besar dan Kaya akan keberagaman. Seperti Semboyan bangsa kita “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”.

Setiap tahunnya masyarakat Indonesia tidak akan pernah lupa untuk merayakan HUT KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA, Seperti halnya yang dilakukan oleh Warga RW V Dukuh, kelurahan Nyamplungan Surabaya, Pada tanggal 16 Agustus 2019 Warga RW V Dukuh mengadakan Malam Tirakatan / Tasyakuran. Arek-arek Suroboyo menyebut Malam Tirakatan dengan “Hari Gang Buntu Nasional” karena diadakan tiap tahun hampir di semua kampung, khususnya di Surabaya. Uniknya, di kampung dukuh ini malam tasyakuran diadakan di Klenteng Dukuh yang notabene dipergunakan sebagai tempat ibadah umat Konghutju. Yang menghadiri Malam Tirakatan pun terlihat beragam, yakni ada suku Jawa, suku Madura, dan Tionghoa, semua Warga RW V Dukuh ikut terlibat didalamnya. Hal ini menunjukan bahwa meskipun kita berbeda agama, berbeda suku dan etnik, tapi kita tetap bersatu dalam perbedaan dan menjunjung tinggi nilai persatuan.

Suasana Pawai / Jalan Santai Merdeka (17/8)
Tidak hanya berhenti disitu, tepat pada tanggal 17 Agustusnya Warga RW V Dukuh melanjutkan kegiatan untuk merayakan HUT RI yang ke-74 dengan kegiatan pawai jalan bersama warga yang dinamakan “ Jalan Santai MERDEKA”. Unik, karena para peserta “Jalan santai MERDEKA” diwajibkan mengenakan Baju “Doreng” (kaos militer) dan beratribut Merah Putih. Mereka berkeliling kampung dengan rute Jl. Husin- Jl. Kalimati wetan - Jl. Kembang Jepun – Jl. Dukuh dan Finish di Jl. Husin. Selama berjalan keliling kampung, peserta pawai menyerukan kata MERDEKA! Ditambah  iringan musik / lagu-lagu Kemerdekaan, melalui sound system yang diangkut dengan gerobak oleh para warga. Setibanya ditempat Finish, Warga RW V Dukuh tidak lekas membubarkan diri, melainkan masih melanjutkan inti dari kegiatan tersebut dengan melakukan atraksi  atau adegan hiburan dari masing -masing peserta ( buka video ).


Salah satu warga /peserta mendapatkan Doorprice
Dan yang tidak kalah menarik, panitia Kegiatan juga memberikan Doorprice bagi Peserta yang beruntung. Kurang lebih ada 70 macam Doorprice yang disediakan oleh panitia. Dipenghujung acara Panitia “Jalan Santai MERDEKA” juga menyediakan hadiah bagi peserta dengan Kostum Terbaik dan Terunik.  Semua Warga RW V Dukuh ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, mulai dari yang usia muda hingga tua. Beragam etnis, mulai suku Jawa, suku Madura dan Tionghoa, juga beragam agama, yakni Islam, Kristen, Konghutju, dan  Hindu. 

Mereka berkumpul bersama tanpa memandang perbedaan yang ada. Di temui di sela kegiatan pawai “jalan santai Merdeka”, Ketua RW V Bapak Usman, menuturkan bahwa “acara tersebut selain diadakan rutin tiap tahunnya, juga sebagai sarana hiburan bagi warga, karena disela acara juga ada atraksi hiburan seperti menari sambil mengenalkan atribut yang dipakainya”. “Yang penting lagi dari kedua acara atau kegiatan tersebut adalah mempererat silaturrahim antar sesama warga meski berbeda etnis, agama dan budaya. Sehingga dapat dikatakan acara malam tirakatan dan pawai “jalan sehat Merdeka” memiliki kesan dan kenangan tersendiri bagi warga”,  Terang Usman.

 Pada akhirnya, adanya kegiatan tersebut bertujuan untuk lebih bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersyukur atas kemerdekaan yang diraih oleh bangsa ini dari para penjajah. Khususnya,  mengenang jasa para Pahlawan yang telah berkorban untuk Bangsa ini. Saling toleransi antar umat beragama, antar suku dan etnik, menjaga tali silahturahmi antar sesama warga merupakan kewajiban yang harus terus dilakukan dan dilestarikan, apalagi hidup bersama di sebuah kampung di Surabaya yang masyarakatnya sangat beragam.
Tidak perlu membeda-bedakan satu sama lain, tidak perlu memperdebatkan perbedaan yang ada. Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghucu adalah INDONESIA, suku JAWA, SUNDA, MADURA, PAPUA, dan beragam suku yang lain adalah INDONESIA, begitupun etnik Tionghoa, Arab, Melayu, India yang merupakan Warga Negara Indonesia mereka adalah INDONESIA. Kita semua satu yaitu INDONESIA. Kita semua cinta INDONESIA. (Pw)

#keberagamanmasyarakat #multietnis #surabaya

1 comment:

Post Bottom Ad