Crane Putar Kalimas, Saksi Bisu Pertempuran Surabaya Hingga Revitalisasi Pengembangan Wisata - KIM Nyamplungan

Breaking

Thursday, June 30, 2022

Crane Putar Kalimas, Saksi Bisu Pertempuran Surabaya Hingga Revitalisasi Pengembangan Wisata

Crane Putar Kalimas, Saksi Bisu Pertempuran Surabaya  

Hingga  Revitalisasi Pengembangan Wisata

Crane putar terlihat di kampong baroe (sumber : KITLV)

Surabaya - Revitalisasi crane putar sebagai bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Surabaya bekerjasama dengan PT. Boma Bisma Indra (BBI) dan Kelurahan Nyamplungan telah memasuki tahap akhir, dengan adanya revitalisasi crane ini turut juga menyukseskan program Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam menghidupkan pariwisata di kawasan Kalimas, belakangan juga diketahui  adanya temuan beberapa kerusakan dan lubang pada konstruksi crane yang diduga kuat bekas pertempuran Surabaya saat masa perang kemerdekaan, hal tersebut disampaikan pegiat sejarah Begandring Soerabaia  saat berkunjung ke Kelurahan Nyamplungan, Jum'at (24/06/2022).


Crane mekanik atau yang disebut crane putar dahulu digunakan sebagai alat angkut untuk bongkar muat dari kapal, lokasinya berada di sebelah sungai Kalimas, tepatnya di jalan Kalimas Timur wilayah RW 001 Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantian yang kemudian atas insisiasi Bapak Lurah Nyamplungan bekerjasama dengan mahasiswa KKN UPN Veteran Surabaya dan PT Boma Bisma Indra (BBI) untuk dilakukan revitalisasi dalam rangka pengembangan wisata, proses revitalisasi tentunya dilakukan dalam beberapa tahapan, dimulai dari tahap penyuluhan kepada warga, pembersihan area dan pemotongan pohon hingga pengecatan crane.  

Penyuluhan kepada warga terkait pengembangan
wisata di Kelurahan Nyamplungan, salah satunya crane putar

Pengecatan dilakukan oleh mahasiswa kelompok KKN-68 UPN Veteran Surabaya bersama Dinas Cipta Karya, bahan cat disediakan oleh PT Boma Bisma Indra (BBI), hal ini dibenarkan oleh Yoga selaku koordinator lapangan " untuk tahap pengecatan awalnya kami lakukan sendiri terutama pada bagian dasar dan tengah crane, hingga kemudian kami mendapat bantuan dari Dinas Cipta Karya, sedangkan untuk perlengkapan catnya seperti cat, thinner, kuas roll dan harness dari PT. Boma Bisma Indra (BBI) " ungkapnya. 


Pembersian area crane dan pemotongan pohon oleh
Kelurahan Nyamplungan bersama Dinas Cipta Karya


Tahap pengecatan crane oleh mahasiswa KKN-68 UPN Veteran
Surabaya bersama Dinas Cipta Karya

Mengenai kendala di lapangan Yoga mengakui terkendala dalam hal tenaga untuk pengecatan, meski awalnya para mahasiswa KKN melakukan pengecatan crane sendiri, tapi akhirnya kemudian dibantu tenaga dari Dinas Cipta Karya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Chasan Ketua KKN-68  " perlunya meningkatkan kesadaran warga dalam mengembangkan wisata di wilayahnya, terutamanya menumbuhkan budaya gotong royong mengingat pengembangan wisata ini untuk memajukan perekonomian warga Kelurahan Nyamplungan ", ungkapnya.  


Perwakilan mahasiswa KKN-68 UPN Veteran Surabaya bersama
Lurah Nyamplungan, Pegiat sejarah Begandring Soerabaia
dan KIM Nyamplungan (26/06/2022)

Siapa yang menyangka jika crane mekanik (crane putar) yang merupakan benda cagar budaya ini menjadi saksi bisu sejarah pertempuran Surabaya saat masa perang kemerdekaan, hal ini dibuktikan dengan adanya bekas kerusakan dan lubang yang diduga berasal dari hantaman mortir dan rekoset peluru pada beberapa bagian kontruksi crane. " crane putar ini berada tepat disebelah Kalimas, kurang lebih 300 meter dari jembatan Petekan atau dulu bernama jembatan Ferwerda, menurut buku Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya (Pertempuran  10 November 1945), pasukan Inggris yang bergerak dari Tanjung Perak maupun yang dari tepi barat sungai Semampir pada jam 10.00  menduduki jembatan Ferwerda / Petekan, crane putar ini menjadi tempat yang ideal untuk pengintaian dan atau sarang penembak jitu pejuang dalam menghadapi tentara Inggris yang berada di area jembatan, maka mortir dihantamkan ke sekitar crane untuk melumpuhkan perlawanan pejuang "  terang Ahmad Zaki Yamani, pegiat sejarah Begandring Soerabaia.


Zaki, saat menemukan lubang bekas
hantaman mortir (foto pribadi)


Bekas hantaman mortir
(foto pribadi-Zaki)

" Memang secara khusus tidak diceritakan pertempuran di crane tersebut, namun tentara Inggris menduduki jembatan Ferwerda (yang sekarang Petekan) pada 11 November melalui pertempuran yang sangat luar biasa, yang mana untuk mengusir pejuang kita dibutuhkan bantuan tembakan mortir, dari temuan lubang dan bekas kerusakannya menurut saya crane tersebut dijadikan tempat penembak jitu pejuang,   cuma mortirnya itu bukan yang begitu jatuh meledak, tapi ditengah-tengah meledak, sehingga ledakannya terpancar mengenai beberapa bagian konstruksi crane. Saya kebetulan sering menemukan sisa-sisa pertempuran Surabaya tidak hanya di crane, diantaranya di jembatan Peneleh, Viaduk Sulung juga di Viaduk Gubeng saya temukan bekas beberapa lubang tembakan yang masih ada " imbuh Zaki.

 

Terkait dengan temuan sisa pertempuran Surabaya pada crane putar Kalimas, Bapak Estu Sulakshono, S.H. Lurah Nyamplungan mengatakan pengetahuannya berkembang setelah mendapat informasi tersebut, menurutnya crane putar tidak hanya untuk kegiatan industri dan ekonomi saja melainkan juga dimanfaatkan oleh para pejuang untuk mengusir penjajah saat masa perang kemerdekaan, hal ini yang layak diketahui oleh warga sehingga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan kebanggaan terhadap wilayahnya.


" Saya berharap setelah revitalisasi ini selesai, warga dapat turut andil merawat, menjaga dan merasa memiliki mengingat crane tersebut saksi sejarah perkembangan kota Surabaya yang patut diceritakan sampai anak cucu, dari sisi ekonomi crane tersebut dapat menjadi daya tarik wisata sehingga dibutuhkan kreatifitas warga, oleh karenanya saya berterima kasih atas kerjasama yang baik ini kepada mahasiswa KKN-68 UPN Veteran Surabaya, PT. Boma Bisma Indra (BBI) juga warga, karena memang niatnya untuk warga Kelurahan Nyamplungan " tambah Lurah.


Harapan yang sama juga disampaikan oleh Yoga dan Chasan, mereka berpesan agar keberlangsungan perawatan cagar budaya crane putar ini nantinya baik oleh PT Boma Bisma Indra (BBI) maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Kelurahan Nyamplungan tetap berjalan, sehingga crane putar ini dapat berdiri kokoh dan menjadi simbol kebanggaan warga masyarakat Kelurahan Nyamplungan. (sq) 









No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad