Upaya Pembakuan Rupabumi Warisan Budaya di Kecamatan Pabean Tjantian Surabaya - KIM Nyamplungan

Breaking

Wednesday, August 21, 2019

Upaya Pembakuan Rupabumi Warisan Budaya di Kecamatan Pabean Tjantian Surabaya

Upaya Pembakuan Rupabumi Warisan Budaya di Kecamatan Pabean Tjantian Surabaya



Narasumber : Adrian Perkasa (Kiri).

Surabaya - Nama Rupabumi mencerminkan kepribadian bangsa, kearifan lokal, keberagaman dan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Sehingga nama Rupabumi yang baku menjadi sangat penting, karena potensi suatu daerah akan dikenali melalui nama- nama obyek / kenampakan alam yang ada di daerah tersebut.  Oleh karenanya upaya pembakuan toponimi atau nama "Rupabumi" terus digencarkan oleh pemerintah melalui Badan Informasi Geospasial (BIG) Pusat di Jakarta.

Surabaya,  sebagai kota pahlawan ternyata juga menyimpan kekayaan warisan budaya yang beragam, tidak terkecuali di kawasan Surabaya Utara. Seperti di kawasan Kecamatan Pabean Tjantian yang telah berlangsung Upaya Pembakuan Rupabumi Warisan Budaya pada tanggal 30 Juni 2019 di ruang pertemuan Kecamatan Pabean Tjantian. Acara tersebut merupakan kelanjutan dari Sosialisasi yang diadakan pada tanggal 17 Juni lalu.

Adrian Perkasa memaparkan tentang Warisan Budaya kepada RT RW dan Tokoh Masyarakat.
Kawasan Pabean Tjantian terpilih 2 (dua) Kelurahan pada sosialisasi kali ini, yakni Kelurahan Nyamplungan dan Kelurahan Bongkaran, Selain dihadiri oleh para Ketua RT dan RW, juga dihadiri oleh tokoh masyarakat di wilayah tersebut. Sebagai Narasumber, terdiri dari wakil Camat,  perwakilan dari BIG dan Dinas Pariwisata (Disparta) Provinsi Jawa Timur, juga turut menghadirkan Adrian Perkasa, Dosen dan Sejarawan UNAIR.

Acara berlangsung interaktif setelah Narasumber meminta kepada para warga tentang toponim asal muasal nama desa / kelurahannya. Hal tersebut dikarenakan, selain data dari warga nantinya akan di masukkan ke dalam aplikasi SAKTI ( Sistem Akuisisi Data Toponim Indonesia ), juga karena tahap sosialisasi awal sudah dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2019, sehingga pertemuan kedua ini diharapkan ada input yang kemudian diterima oleh tim dari BIG. Salah satu perwakilan warga dari Kelurahan Nyamplungan mengajukan pertanyaan terkait dengan nama desa / Kelurahan "Nyamplungan" dikarenakan asal usul nama Nyamplungan tidak terkait dengan nama kampung yang ada di lingkungan kelurahannya. Melainkan masuk di lingkungan Ampel. Warga tersebut juga  mengatakan bahwa sebelum bernama Kelurahan Nyamplungan, nama lingkungannya adalah Pabean Tjantian. Bahkan penanya kedua, menuturkan dulunya ternyata bernama Lingkungan Kampoeng Baroe, entah kenapa kemudian berubah menjadi Kelurahan Nyamplungan, meski tidak ada kampung Nyamplungan dalam wilayah tersebut. 

Sejarawan UNAIR, Adrian Perkasa menambahkan bahwa, "adanya masukan ataupun tanggapan dari warga sangat penting sekali, mengingat nantinya terkait dengan upaya pembakuan toponim warisan budaya ini bisa menghasilkan data yang akurat dan terpercaya ".  Terhadap  permasalahan tersebut, penulis   kemudian mencari informasi seputar sejarah asal muasal penamaan Kelurahan Nyamplungan kepada salah satu  tokoh masyarakat Ampel, yakni Bapak M. Nuh, saat ditemui di sela kunjungan beliau ke rumah rekannya di Kampung Ampel (20/8). Selain sebagai tokoh masyarakat, beliau juga mantan Lurah Ampel.

Mengenai nama Kelurahan Nyamplungan menurut cerita beliau " penamaan tersebut terjadi sekitar tahun 70 hingga 80an, sebelumnya di kawasan tersebut terdapat 2 (dua) lingkungan yang kemudian dijadikan satu menjadi Kelurahan Nyamplungan.  Yakni lingkungan Pabean Tjantian ( meliputi Pabean, Panggung, Kembang Tjepun, Tjantian, Dukuh, Kalimati, Gili dan Songojudan ) kemudian Lingkungan Kampoeng Baroe ( meliputi wilayah Kampung Baru bangilan, Kalimas Udik, Khm Mansyur hingga Kedung Banger ). Nama "Kampoeng Baroe" sendiri berdasarkan pada nama Kampungnya, seperti nama Kalimas Udik dulunya bernama Kampung Baru Sawahan, Kampung Baru Nur Anwar, dan sebagainya " terang Nuh.

Jika dikaitkan dengan pertanyan dari para warga tadi, hal tersebut dapat dibenarkan, bahwa memang dulunya nama kedua lingkungan tersebut pernah ada, yang kemudian menjadi nama kelurahan Nyamplungan, meski nama Nyamplungan sendiri ada di lingkungan Ampel. Pada akhir diskusi Pak Nuh juga tidak menjelaskan secara rinci mengapa  nama desa / lingkungan " Pabean Tjantian "  kemudian digunakan menjadi nama Kecamatan. (sq)





No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad