Wayang Potehi Surabaya Eratkan Persatuan Dalam Keberagaman - KIM Nyamplungan

Breaking

Sunday, September 1, 2019

Wayang Potehi Surabaya Eratkan Persatuan Dalam Keberagaman


Wayang Potehi Surabaya Eratkan Persatuan Dalam Keberagaman


Bapak Sukar (Kiri) bersama Adrian Perkasa dan Rekannya dari
Singapore Social Sciences




Surabaya - Indonesia sungguh kaya akan keberagaman etnis serta budayanya yang luhur. Jawa Timur, tentu tidak kalah dengan provinsi lain di Indonesia, beragam seni dan warisan budayanya juga di akui oleh dunia Internasional. Tidak terkecuali di Surabaya, selain pernah meraih kota terpopuler di dunia versi Guangzhou Awards 2018, juga menduduki peringkat pertama di sektor Pariwisata Terbaik versi Yokatta Wonderful Indonesia Tourism Awards 2018.

Hal tersebut tidak lain karena komitmen, inovasi, kreasi warga Surabaya serta dukungan pemerintah Kota Surabaya dalam mensukseskan iklim pariwisata serta upaya menjaga lingkungannya melalui pemanfaatan limbah plastik. Kota Surabaya adalah kota multietnis (beragam etnis), yang memilki keragaman seni dan budayanya masing - masing, sebut saja etnis lokal yang berasal dari Nusantara, seperti Jawa, Madura, Melayu, Batak, Bali hingga Sulawesi, selain etnis Tionghoa, India, Arab dan Eropa yang juga bermigrasi dan menetap di Surabaya.

Kawasan Surabaya Utara sendiri, tepatnya di Kelurahan Nyamplungan merupakan kawasan multietnis, mengingat juga kawasan tersebut adalah kawasan perdagangan yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Beberapa etnis terbesar yang masih mendiami kawasan tersebut diantaranya adalah etnis Jawa dan Madura, selain Tionghoa, India dan Arab.

Diantara beberapa etnis tersebut, keberadaan etnis Tionghoa nampak dominan menguasai pangsa pasar perdagangan di kawasan. Sehingga muncul istilah kawasan Petjinan Surabaya dengan pemukiman serta keunikan seni budayanya. Salah satu yang menarik perhatian adalah seni "Wayang Potehi" atau wayang boneka yang terbuat dari kain, yang berasal dari Tiongkok Selatan. Kesenian ini menjadi salah satu kesenian tradisional di beberapa Kota besar di Indonesia, seperti Semarang, Yogyakarta, Solo, Bali hingga Surabaya.

Bapak Sukar, saat ditemui dirumahnya (1/9)
Klenteng Hong Tek Hian menjadi satu-satunya klenteng yang masih eksis melestarikan kesenian Wayang Potehi di Surabaya. Warga sekitar menyebutnya "Klenteng Dukuh" karena berada di Jalan Dukuh No. 23 Surabaya. Hampir tiap hari pertunjukkan Wayang ini diadakan, ada ataupun tidak ada penonton wayang ini tetap dimainkan. Pada umumnya profesi kesenian Wayang Potehi dimainkan oleh warga keturunan Tionghoa, terutama nya sang dalang.

Seorang dalang  adalah  yang menentukan  arah  atau alur memainkan wayang, Sehingga penting sekali dalam hal penguasaan beragam jenis tokoh wayang serta  menentukan alur cerita yang akan dimainkan. Namun, lain halnya dengan Wayang Potehi di Klenteng Dukuh, sang dalang berasal dari etnis Jawa, beliau adalah Bapak Sukar Mudjiono, sudah lama menekuni kesenian Wayang Potehi di Surabaya yang tergabung dalam grup "Wayang Potehi Lima Merpati".

Di tengah isu mengikisnya persatuan bangsa belum lama ini, karena agama dan perbedaan etnis. Apa yang melatarbelakangi Bapak Sukar Mudjiono hingga kemudian menjadi dalang / pemain Potehi di Surabaya. Apakah tidak ada sekat antara budaya Jawa dan Tionghoa. " Selain kesenian ini saya sudah mempelajarinya sejak kecil, kami disini tidak ada perbedaan antara budaya Jawa ataupun Tionghoa, Bahkan warga Tionghoa disana malah salut dan menghargai, karena seni dan budayanya bisa dimainkan oleh orang Jawa." ungkap Bapak Sukar, saat ditemui di rumahnya di Jalan Dukuh (01/9).

Beruntungnya penulis siang tadi berkesempatan bertemu dengan Bapak Sukar, karena pada jam 12.00 WIB beliau harus segera berangkat ke Desa Mojosari, Mojokerto untuk pementasan Wayang Potehi selama sebulan disana. Secara singkat beliau juga menyampaikan pentingnya untuk menjaga toleransi baik antar etnis maupun antar agama, bersatu dalam perbedaan serta  mengangkat kekayaan seni dan budaya untuk mempererat persatuan dalam keberagaman " Harapan kita kedepan itu, semoga dengan budaya bisa mempersatukan semua etnis, tanpa memandang suku, ras ataupun agamanya. " tutup Sukar. (Sq)

#keberagamanmasyarakat #multietnis #wayangpotehi #surabaya



No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad