Abdul Wahab Saleh, Wartawan Foto Asal Pabean Sayangan - KIM Nyamplungan

Breaking

Thursday, September 19, 2019

Abdul Wahab Saleh, Wartawan Foto Asal Pabean Sayangan


Pemukiman Pabean Sayangan



Abdul Wahab Saleh, Wartawan Foto Asal Pabean Sayangan 






















Surabaya - Siapa yang tidak mengetahui peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato ( sekarang Hotel Majapahit ) atau yang dikenal  dengan istilah "Insiden Hotel Yamato" yakni peristiwa perobekan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) menjadi bendera Indonesia (Merah-Putih) di Hotel Yamato Surabaya pada tanggal 19 September 1945. 

Walikota Surabaya Tri Rismaharini bahkan menjadikan peristiwa insiden bendera ini sebagai peringatan atau refleksi peristiwa yang rutin digelar pada tanggal 19 September setiap tahunnya di depan Hotel Majapahit Surabaya. Biasanya aksi teatrikal ini melibatkan komunitas sejarah serta ribuan pelajar di Kota Surabaya yang disaksikan para Veteran perang. Aksi teatrikal ini bertujuan untuk mengenang jasa perjuangan para pahlawan.

Sumber Foto : Buku - Bung Tomo (Sutomo)
Pertempuran 10 November 1945
(Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah)
Perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato terjadi pada tanggal 19 September 1945. Peristiwa bersejarah tersebut ternyata diabadikan oleh seorang wartawan foto kantor berita Domei ( sebelum bernama Kantor berita Antara ) yakni Abdul Wahab Saleh. 

Beliaulah yang mengabadikan momen bersejarah peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato hingga pertempuran perang  10 November di Surabaya, siapa yang menyangka jika beliau adalah asli warga Pabean Sayangan Surabaya. Tepatnya tinggal di rumah Jalan Pabean Sayangan No. 14 Surabaya, lingkungan Pabean Tjantian Surabaya ( sekarang bagian dari Kelurahan Nyamplungan Surabaya ).

Perbandingan foto rumah Pabean Sayangan No. 14 Surabaya
(Mimbar Pendidikan Agama - teruskan Perjuangan kami
dengan Pembangunan, Terbitan Agustus 1984) @kampongpabean
Hal tersebut dibenarkan oleh M. Ismail selaku Ketua RW 10 Pabean Sayangan, beliau menyampaikan " memang rumah di Jalan Pabean Sayangan No. 14 dari yang saya dengar dari cerita sesepuh terdahulu, merupakan salah satu rumah yang memiliki rekam jejak sejarah perjuangan, keluarga disana adalah keluarga pejuang, dari Almarhumah Ibunya yang bernama Hj. Maemunah Sarah, pernah menjadikan rumahnya sebagai  tempat pengungsian  saat perang kemerdekaan, anak -anaknya salah satunya adalah Alm Abdul wahab Saleh, Alm Siti Khanifah, Alm Abdul Madjid, termasuk yang bernama Alm Abdul Muntolib adik Alm Abdul Wahab yang menjabat Ketua RT 07 di kampung kami ". ungkap Ismail, saat ditemui di rumahnya (17/9).

Melihat pemukiman warga di Pabean Sayangan sekarang, tentu jauh berbeda dengan tahun - tahun sebelumnya, banyak rumah - rumah warga yang sekarang berubah menjadi toko ataupun gudang. Pesatnya laju arus ekonomi di Pasar Pabean mengakibatkan rumah -rumah warga banyak yang berubah fungsi menjadi gudang dan ruko, gudang sendiri untuk menimbun barang dagangan. Bahkan pasar sekarang sudah merambat ke area kampung. 

Terlihat bangunan rumah di Pabean sayangan sudah banyak yang berubah. Meski beberapa rumah  masih terlihat terjaga bentuk bangunan aslinya. M. Ismail tidak menampik perbandingan perubahan wajah pemukiman Pabean Sayangan dulu dan sekarang  " dulu banyak warga dari etnis Jawa yang mendiami rumah di Pabean Sayangan, salah satunya adalah keluarga Abdul Wahab Saleh, sekarang rumah di Pabean Sayangan No. 14 sudah dihuni oleh keluarga Tionghoa sejak tahun 1980an ", terangnya.  Meskipun Rumah di Pabean Sayangan No. 14 kini sudah berubah menjadi bangunan baru, dengan 3 (tiga) lantai. Namun, rekam jejak sejarah perjuangan di kawasan tersebut akan terus hidup. (sq)

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad