Pristiwi Marhaenika Berdayakan Warga Melalui Batik Khas Jumputan - KIM Nyamplungan

Breaking

Thursday, March 28, 2019

Pristiwi Marhaenika Berdayakan Warga Melalui Batik Khas Jumputan


Pristiwi Marhaenika Berdayakan Warga Melalui 
Batik Khas Jumputan

Heni saat Pameran karya Batik jumputnya di acara Bapemas



















Surabaya - Kreasi batik jumputan mulai dilirik berbagai kalangan terutamanya para pengusaha UMKM (usaha mikro kecil menengah) di Surabaya. Sehingga muncul berbagai sentra UMKM Batik Jumputan dengan merek yang beragam. Hal ini dikarenakan batik jumputan lebih kaya warna dan lebih mudah proses pembuatannya dibandingkan batik pada umumnya. Tidak terkecuali batik jumputan hasil produksi Ibu Pristiwi Marhaenika bersama warga sekitar yang juga patut diacungi jempol. Melalui wadah KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Merak hingga kemudian berganti nama menjadi Dewi Fortuna beliau menceritakan awal mula usaha batik jumputan ini terbentuk.

Tepatnya pada tahun 2014 lalu melalui KSM Merak, Heni bersama warga diberi pembinaan untuk mandiri dengan bekal pelatihan bagaimana berwirausaha tanpa sebelumnya diberikan modal. Setelah didapuk sebagai Ketua KSM, Heni bersama anggotanya mulai membuka tabungan untuk masing-masing anggota, yakni satu minggunya Rp. 10.000,- perorang, hal tersebut kemudian berjalan hingga terkumpul sejumlah uang, yang kemudian dipinjamkan uang tersebut ke para anggota yang membutuhkan, bunga dari pinjaman tersebut digunakan untuk usaha batik jumputan. Tahun 2015 KSM mendapatkan pelatihan dari BAPEMAS ( Badan Pemberdayaan Masyarakat).

Proses membuat Batik Jumputan bersama warga setempat.
Gayungpun bersambut, kebetulan saat itu sedang ada program pahlawan ekonomi (PE). Sejak dirilis tahun 2010 oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, PE memang memfokuskan pada  pemberdayaan ekonomi perempuan berbasis komunitas dan keluarga, program ini bertujuan untuk mengembangkan industri kreatif di kalangan pelaku usaha  mikro kecil dan menengah (UMKM) di Surabaya.  "Jadi pada tahun 2015 lalu kami melalui Kecamatan Pabean Cantian mengikuti kompetisi dalam program Pahlawan Ekonomi, dari 250 peserta kami masuk 125 besar hingga kemudian 20 besar se Kota Surabaya, kamipun harus rela tersisih dari kompetitor lain karena produksi UMKM Batik Jumput kami saat itu kurang maksimal" terang Heni saat ditemui di rumahnya di Kampung Kalimas Madya IV-A No.18 Surabaya (17/3).

"Batik jumput kami mempunyai warna -warna cerah dan bervariasi, produknya mulai dari kain, T-shirt, kemeja bahkan tas. Marketnya juga tidak hanya perempuan tapi juga laki-laki. Tadinya ingin beralih ke Batik tulis, namun karena proses pembuatannya membutuhkan waktu, sehingga harga batikpun akan menjadi mahal. Sedangkan kita mengetahui bahwa warga di Kelurahan Nyamplungan mayoritas adalah menengah kebawah. Namun tidak menutup kemungkinan kedepan kami juga akan membuat produk batik tulis karena dapat menonjolkan ciri / gambar khas daerahnya" tutup Ibu 3 (tiga) anak ini.(sq)

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad